Beranda | Artikel
Menghindari Fitnah Syahwat
Selasa, 8 Oktober 2024

Menghindari Fitnah Syahwat adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Hadits-Hadits Perbaikan Hati. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada Senin, 4 Rabiul Akhir 1446 H / 7 Oktober 2024 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Menghindari Fitnah Syahwat

  1. Pemimpin yang adil.
  2. Pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah.
  3. Laki-laki yang hatinya terpaut pada masjid.
  4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah karena Allah.
  5. Seorang laki-laki yang digoda oleh wanita kaya dan cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah.’
  6. Seseorang yang bersedekah secara diam-diam sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.
  7. Seorang yang mengingat Allah ketika sendirian, lalu matanya meneteskan air mata.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda, “Jaminlah untukku enam perkara, maka aku akan jamin untuk kalian surga:

  1. Jujurlah ketika berbicara.
  2. Penuhilah jika berjanji.
  3. Tunaikan amanah jika diberi tanggung jawab.
  4. Jagalah kemaluan kalian.
  5. Tundukkan pandangan kalian.
  6. Tahanlah tangan kalian dari menyakiti orang lain.” (HR. Ahmad)

Ini adalah salah satu bentuk kesabaran, yaitu menahan diri dari perbuatan keji seperti zina, meskipun godaan sangat besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam Al-Qur’an permisalan yang sangat agung dan indah tentang kesabaran Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam, di mana beliau bersabar menghadapi berbagai ujian yang sangat berat.

Betapa besar kesabaran Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam atas gangguan dari saudara-saudaranya, juga kesabarannya ketika harus dipenjara akibat fitnah istri seorang pejabat. Setelah semua itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan bantuan dan kemenangan kepada beliau.

…إِنَّهُ مَنْ يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ

“Sesungguhnya, siapa yang bertakwa dan bersabar, maka Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.” (QS. Yusuf[12]: 90)

Yaitu Allah tidak akan membiarkan pahala kebaikan seseorang tanpa balasan, melainkan Allah akan membalasnya dengan sempurna.

Salah satu bentuk kesabaran terbesar Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam adalah ketika beliau digoda oleh istri seorang pejabat. Wanita tersebut mabuk cinta kepadanya karena ketampanan dan keindahan akhlak beliau. Wanita itu bahkan berhias dan menutup pintu untuk menggodanya. Namun, Nabi Yusuf meminta perlindungan kepada Allah, maka Allah pun melindunginya dan menjaganya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

“Dan wanita itu menggodanya di rumahnya. Ia menutup pintu-pintu dan berkata, ‘Mari mendekat, aku telah siap untukmu.’ Yusuf menjawab, ‘Aku berlindung kepada Allah. Sesungguhnya Tuanku telah berbuat baik kepadaku dengan memberikan tempat yang baik. Sungguh, tidak akan beruntung orang-orang yang zalim.`” (QS. Yusuf[12]: 23)

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَىٰ بُرْهَانَ رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ

“Sesungguhnya wanita itu telah sangat tertarik dengan Yusuf, dan Yusufpun tertarik dengan wanita itu andaikata bukan karena melihat bukti dari Tuhannya. Demikianlah, Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf[12]: 24)

وَاسْتَبَقَا الْبَابَ وَقَدَّتْ قَمِيصَهُ مِنْ دُبُرٍ وَأَلْفَيَا سَيِّدَهَا لَدَى الْبَابِ ۚ قَالَتْ مَا جَزَاءُ مَنْ أَرَادَ بِأَهْلِكَ سُوءًا إِلَّا أَنْ يُسْجَنَ أَوْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Dan keduanya berlarian menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. Wanita itu berkata: ‘Apakah pembalasan terhadap orang yang menginginkan keburukan untuk keluargamu, kecuali dipenjarakan atau (dihukum) dengan hukuman yang pedih?`” (QS. Yusuf[12]: 25)

 قَالَ هِيَ رَاوَدَتْنِي عَن نَّفْسِي ۚ وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِّنْ أَهْلِهَا إِن كَانَ قَمِيصُهُ قُدَّ مِن قُبُلٍ فَصَدَقَتْ وَهُوَ مِنَ الْكَاذِبِينَ ‎﴿٢٦﴾‏ وَإِن كَانَ قَمِيصُهُ قُدَّ مِن دُبُرٍ فَكَذَبَتْ وَهُوَ مِنَ الصَّادِقِينَ ‎﴿٢٧﴾

“Yusuf berkata, ‘Dialah yang menggodaku.’ Maka didatangkanlah saksi dari keluarga wanita itu. Saksi tersebut berkata, ‘Jika bajunya sobek di depan, berarti wanita itu yang benar, dan Yusuf yang berdusta. Namun, jika bajunya sobek di belakang, berarti wanita itulah yang berdusta, dan Yusuf yang benar.`” (QS. Yusuf[12]: 26-27)

فَلَمَّا رَأَىٰ قَمِيصَهُ قُدَّ مِن دُبُرٍ قَالَ إِنَّهُ مِن كَيْدِكُنَّ ۖ إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ

“Ketika suami wanita itu melihat bahwa baju Yusuf sobek dari belakang, ia berkata, ‘Ini adalah tipu daya kalian, wahai para wanita. Sungguh, tipu daya kalian sangat besar.`” (QS. Yusuf[12]: 28)

يُوسُفُ أَعْرِضْ عَنْ هَٰذَا ۚ وَاسْتَغْفِرِي لِذَنبِكِ ۖ إِنَّكِ كُنتِ مِنَ الْخَاطِئِينَ

“Ia melanjutkan, ‘Wahai Yusuf, berpalinglah dari urusan ini.’ Dan kepada istrinya, ia berkata, ‘Mintalah ampun atas dosamu. Sesungguhnya engkau termasuk orang yang bersalah.`” (QS. Yusuf [12]: 29)

وَقَالَ نِسْوَةٌ فِي الْمَدِينَةِ امْرَأَتُ الْعَزِيزِ تُرَاوِدُ فَتَاهَا عَن نَّفْسِهِ ۖ قَدْ شَغَفَهَا حُبًّا ۖ إِنَّا لَنَرَاهَا فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ

“Wanita-wanita di kota tersebut berkata, ‘Istri pejabat telah menggoda budaknya. Dia telah mabuk cinta. Sesungguhnya kami melihatnya berada dalam kesesatan yang jelas.`” (QS. Yusuf[12]: 30)

فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَأً وَآتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِّنْهُنَّ سِكِّينًا وَقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ ۖ فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَٰذَا بَشَرًا إِنْ هَٰذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ

“Ketika istri pejabat itu mendengar gosip mereka, ia memanggil mereka semua dan menyiapkan tempat duduk serta memberikan kepada setiap orang di antara mereka pisau untuk memotong buah. Ia kemudian memerintahkan Yusuf untuk keluar menemui mereka. Ketika wanita-wanita tersebut melihat Yusuf, mereka sangat kagum dan melukai tangan mereka. Mereka berkata, ‘MasyaAllah, ini bukan manusia biasa! Ini tidak lain adalah malaikat yang mulia.`” (QS. Yusuf[12]: 31)

قَالَتْ فَذَٰلِكُنَّ الَّذِي لُمْتُنَّنِي فِيهِ ۖ وَلَقَدْ رَاوَدتُّهُ عَن نَّفْسِهِ فَاسْتَعْصَمَ ۖ وَلَئِن لَّمْ يَفْعَلْ مَا آمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونًا مِّنَ الصَّاغِرِينَ

“Istri pejabat itu berkata, ‘Itulah laki-laki yang kalian cela aku karenanya. Sungguh, aku telah berusaha menggodanya, tetapi dia bertahan. Jika dia tidak melakukan apa yang aku inginkan, maka dia akan dipenjara dan termasuk orang yang hina.`” (QS. Yusuf[12]: 32)

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ

“Yusuf berkata, ‘Penjara lebih aku sukai daripada apa yang mereka ajak aku kepadanya. Jika Engkau, Ya Allah, tidak memalingkan aku dari tipu daya mereka, aku akan cenderung kepada mereka dan termasuk orang yang bodoh.`” (QS. Yusuf[12]: 33)

فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Maka Allah mengabulkan doanya dan memalingkan darinya tipu daya wanita-wanita tersebut. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf [12]: 34)

ثُمَّ بَدَا لَهُم مِّن بَعْدِ مَا رَأَوُا الْآيَاتِ لَيَسْجُنُنَّهُ حَتَّىٰ حِينٍ

“Kemudian orang-orang di tempat itu pun melihat setelah mengetahui tanda-tanda kebenaran, mereka memenjara Yusuf sampai waktu tertentu.” (QS. Yusuf[12]: 35)

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata bahwa kesabaran Nabi Yusuf untuk tidak mengikuti godaan istri pejabat adalah kesabaran yang lebih besar dibandingkan kesabarannya ketika ia dilemparkan ke sumur oleh saudara-saudaranya yang menyebabkan ia terpisah dari ayahnya. Ini adalah perkara yang tidak bisa ia hindari, karena tidak memiliki pilihan. Maka, kesabaran untuk tidak bermaksiat, menolak godaan wanita yang menggodanya, lebih besar dibandingkan kesabarannya saat dibuang ke sumur. Sebab, kesabaran ketika ia dibuang ke sumur adalah kesabaran yang terpaksa, sedangkan kesabaran untuk tidak mengikuti wanita tersebut adalah kesabaran yang ia punya pilihan.

Apalagi, terdapat sebab-sebab yang seharusnya membuatnya lebih mudah mengikuti godaan tersebut. Pertama, ia adalah seorang pemuda yang tentu memiliki syahwat yang lebih kuat untuk melakukan zina. Kedua, ia adalah bujang yang tidak memiliki istri untuk menyalurkan hasratnya. Ketiga, Nabi Yusuf adalah seorang asing di negeri tersebut. Biasanya, orang asing tidak dikenali di suatu negeri biasanya tidak merasa malu melakukan hal-hal yang mungkin akan membuat orang lokal malu melakukannya.

Nabi Yusuf juga adalah seorang budak, dan tentu seorang budak berbeda dengan orang yang merdeka. Selain itu, wanita yang menggodanya adalah seorang yang cantik, memiliki kedudukan, dan saat itu tidak ada orang yang melihat. Hal ini menjadikan godaannya semakin besar, apalagi wanita tersebut yang mengajak dan menggodanya. Bahkan, ia mengancam akan memenjarakan dan menghinakannya jika Nabi Yusuf tidak menuruti keinginannya.

Namun, dengan segala sebab dan godaan yang ada, Nabi Yusuf tetap sabar dan lebih memilih apa yang ada di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kesabaran ini tentu sangat berbeda dengan kesabarannya ketika ia dibuang ke sumur dari kesabaran untuk menolak godaan wanita tersebut.

Lihat juga: Ujian yang Dihadapi Nabi Yusuf dengan Imra’atul Aziz

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 yang penuh manfaat ini.

Downlod MP3 Ceramah Agama


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54550-menghindari-fitnah-syahwat/